Jumat, 12 Mei 2023

Dedicated to The Love of My Life

Semalam (11/05/2023) kira-kira pukul 23.00, sesampainya dari kios, badan ini mulai terasa meriang. 
"Ah, paling karena angin dingin sehabis hujan di perjalanan pulang tadi." Pikirku waktu itu. Namun, semakin lama badan ini semakin terasa tidak enak. 
Di rumah sendiri dan sedang tidak enak badan memang bukan kombinasi yang pas. Pikiran dan perasaan ini mulai menelisik semua kenangan yang tersisa.
Untungnya, aku masih cukup waras untuk menyudahi semua penjelajahan antarwaktu tersebut dengan memutuskan untuk tidur saja.
Sebelum memejamkan mata, sempat terlintas wajah mendiang suami. Andai saat ini dia masih ada, pasti di saat ini pula, dia sedang mengelus-elus kepalaku, mengambilkan air putih hangat dan menyuruhku untuk cepat tidur.
Entah di waktu yang mana, saat aku tertidur, ketika akhirnya aku bermimpi. Mimpi yang sudah lama sekali aku doakan untuk muncul walau sekali. Malam itu, aku memimpikanmu.
Kamu datang dengan memakai kaos kuning kesukaanmu dan mendatangiku. Kamu hanya berdiri memandangiku dengan wajah datar seperti biasanya. Hanya saja, aku melihat wajahmu lebih bersih dan terasa hangat.
Aku ingat di mimpi itu, aku sadar bahwa kamu seharusnya tidak ada di sini. Tapi di saat yang sama, aku membiarkanmu ada menemaniku. Apa kamu tahu bahwa aku merindukanmu?
Aku tidak tahu berapa lama mimpi itu berjalan, hingga akhirnya aku ingat ada sebuah suara yang memanggilmu pulang. Kamu memandangiku lama sekali. Suara itu semakin nyaring memanggilmu, tapi kamu masih tetap ada di tempat yang sama, memandangiku dengan mata yang mulai menghangat.
Di saat itu, aku sadar waktuku tidak banyak. Aku memegang tanganmu. Rasanya, senang sekali karena bisa memegang tanganmu lagi. Tangan kokoh yang selalu menggandengku ke mana saja, yang tidak pernah membiarkanku terluka. 
Aku memberanikan diri membelai pipimu. 
"Tha, aku udah bisa ke mana-mana sendiri, lho. Aku punya banyak teman sekarang. Aku baik-baik aja kok. Aku masih sering nangis kalau kangen. Tapi nggak apa-apa ya?! Kan kamu tau aku ini memang cengeng. Tapi aku kuat kok. Demi Cello aku kuat."
Kamu mengangguk pelan. Aku melihat sudut bibirmu terangkat sedikit. Suara itu memanggil namamu sekali lagi.
"Tha, aku sayang banget sama kamu. Separuh hidupku sudah aku habiskan bersamamu. Aku dulu nggak tau, kalau rasanya sesakit ini tanpamu. Tapi, nggak apa-apa, aku tau Tuhan lebih mengasihimu. Kamu selamanya akan ada di hatiku."
Sesudahnya aku melihatmu tiba-tiba memudar dan aku terbangun dengan mata sembab dan kepala yang semakin pusing. Aku menangis lagi di pagi hari yang sepi. 
Aku bahkan tidak bisa menandai perasaan ini. Apakah ini senang atau sedih? Sayang, andai waktu bisa diputar, aku ingin lebih banyak mengucapkan "aku menyayangimu." Aku ingin bisa terus memelukmu. Tapi aku tahu, waktunya sudah selesai.
Terima kasih ya, sudah hadir di mimpiku. Aku tahu, kamu bahagia di Firdaus. Kini, aku juga harus bahagia, kan?! Aku mencintaimu, sampai kapanpun..