Hai, Can. It’s been a while since our last meeting. Apa kabarmu? Aku
selalu berharap kamu lebih dari sekadar baik-baik saja. Hawa dingin sisa hujan
sepagian tadi masih terasa menusuk kulit. Tapi ada yang menjalar hangat di hatiku
setiap kali mengingatmu. Sepertinya, aku tenang meringkuk di dalam selimut
kenangan tentangmu. Tanpa harus pergi ke luar, menghadapi kenyataan yang
seringkali lebih gigil daripada perasaan tentang masa lalu.
Bulan kedua di tahun monyet. Ada yang bilang ini tahun yang kurang bagus.
Akan ada banyak perlawanan. Tapi, kita masih beruntung untuk urusan keuangan.
Kita berdua sama-sama Macan. Tentunya kita tidak akan mudah dikalahkan.
Bukankah macan itu tangguh dan tidak mudah menyerah? Akh, aku terlalu bernostalgia.
Maaf, aku baru saja membaca artikel di suatu portal ramalan shio. Dan aku
teringat padamu, kembaran macanku.
Kamu, lelaki hebat yang aku tahu. Gitaris band metal ternama (ahahaha),
berbadan rambo tapi berhati rinto (ahahahahha lagi), a family man, teman yang
baik, dan ayah yang luar biasa untuk anak gadisnya. Walaupun aku harus
mengerutkan dahi berkali-kali setiap mendengar gurauan-gurauanmu, aku tetap
akan memasukkanmu ke dalam daftar lelaki humoris (ahahahahaha untuk ketiga
kalinya). Karena katanya, orang bershio macan memiliki selera humor yang
mengagumkan. Oke, mari kita ber-hahahahaha untuk kesimpulan tadi J
Aku selalu merasa beruntung pernah mengenalmu. Walau aku sempat
melewatkan masa melihatmu dengan rambut panjang lurus mirip personel F4 itu –
yang tentu sangat aku syukuri karena tidak pernah menjumpainya ahahaha – dan
juga banyak perjalananmu yang tak sempat aku ikuti. Aku bangga, pernah kamu
percayai. Aku bersyukur pernah ada, ikut menanggung luka, walau tak seberapa
lama.
Can, sudah beratus hari sejak tahun kambing kayu sampai monyet api
sekarang ini. Banyak peristiwa terlewat yang kita saling tak mengetahui. Aku
paham, aku bukan lagi teman bertukar cerita tentang apa saja. Dulu dan sekarang
tentu saja berbeda. Dan, membuka kembali kotak pandora itu tentu membawa luka. Janji-jani
yang sempat terucap, anggap saja sudah ditepati. Aku mengerti. Ada waktunya
datang, ada waktunya pergi, dan aku tidak akan berusaha membuat semuanya
kembali.
Tak perlu lagi membangun reruntuhan.
Tapi, walau bagaimana, kamu tahu pasti alasan aku tidak pernah bisa
sepenuhnya menjauh. Ada sebagian ingatan yang selalu mengajakku untuk melewati
lorong waktu. Tapi, aku tidak akan mengajakmu serta. Apa yang aku sebut pulang
malah seharusnya adalah hal yang menjadi alasanmu untuk pergi. Ya, memang
seharusnya demikian. Tidak ada yang salah dengan itu. Aku menerimanya sebagai
hadiah. Walau aku tergores, tapi aku akan baik-baik seperti selama ini dan akan
selalu begitu. Jangan kuatirkan aku.
Suatu saat nanti pasti kita akan dipertemukan kembali. Entah dengan
situasi yang seperti apa. Entah apakah itu saat reuni SMP, saat kita bertemu
pas jam makan siang, saat berpapasan di jalan, atau malah saat berada di pusat
perbelanjaan. Saat itu jika aku belum berubah, maafkan jika mungkin aku memilih
menyingkir. Aku takut akan marah kepada takdir. Tapi, jika aku sudah sekuat
itu, aku akan mendekat, menjabat tanganmu, dan melemparkan pertanyaan basa-basi
tentang kabar.
Terima kasih sudah pernah menjagaku. Menjauhkanku dari mata iseng dan siulan
mengganggu serta yang lebih daripada itu. Terima kasih sudah mengajarkanku
pelajaran berharga untuk tidak mudah percaya. Terima kasih sudah melatihku
untuk mengalahkan luka.
Terima kasih sudah mau meluangkan waktu untuk mendengarkan keluh-kesahku.
Menimpali gurauanku dengan lelucon jayusmu. Mempertahankan telingamu terhadap
suaraku yang berantakan tiada tara yang aku kirim lewat voicenotes bertubi-tubi itu. Dan berjuta kekonyolan, kemarahan, dan
kesalahan yang lain.
Terima kasih, Can.
Tetap pertahankan senyum malu-malumu itu.
Jangan suka marah ya. Aku tidak akan sempat untuk menyusun kacang lofet,
permen cium, serta minuman susu tarik dalam botol itu, hanya untuk membuatmu
tersenyum. Akh, iya, ada yang aku lupa. Setelah beberapa lama ini pasti kamu sudah
sering belajar menyikapi semuanya tanpa bantuanku. Aku lega. Kamu memang
setangguh macan.
Masih banyak dan mungkin terlalu banyak hal yang ingin aku sampaikan.
Tetapi memang terkadang ada baiknya menyimpan sesuatu untuk kebaikan bersama.
Mari kita rayakan pertemuan dan perpisahan sebagai bagian dari kehidupan.
Mari kita berpesta untuk setiap hari di depan yang akan kita lalui dengan
berbagai kemungkinan. Berbahagialah! Dan saat kamu kehilangan sedikit
bahagiamu, kamu tahu harus mencariku di mana. Aku akan bagikan kebahagiaanku
untukmu.
Salam untuk ratu serta putri kecil dalam istanamu. Jadilah raja dan
ksatria mereka. Aku? Pengembara dari negeri seberang, akan selalu memanjatkan
doa-doa dari kaki langit. Untukmu. Untuk semua kebahagiaan yang kamu usahakan.
Untuk semua, yang kamu perjuangkan.
Salam dalam
kasih,
Your biggest
fans and friend.
-Macan Api Yang
Mengaku Bidadari-
“I have found the paradox, that if you love
until it hurts, there can be no more hurt, only more love.”
-Mother
Teresa-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar