Sabtu, 15 Desember 2012

Elegi - Kisah Cinta Yang Terlambat


Aku melihatmu pertama kali saat itu. 

Berdiri di samping seseorang dari masa laluku.

Kamu tersenyum, sebuah senyum biasa, yang pada akhirnya akan sering aku rindukan.

Cukup lama buatku untuk bisa menyadari, bahwa dirimu sudah meretas suatu angan yang menggelitik di dalam pikiran.

Bayanganmu yang dulu sedikit kabur, mulai tampak jelas, semakin jelas bahkan saat kelopak ini terpejam.

Ada benang merah  tipis mempersatukan kita, ku rasa.

Butuh waktu mengenali semua kebetulan ini.

Atau ini bukan kebetulan??

Bukan lagi sapaannya yang ada di sampingku yang ku nanti.

Tapi terganti dengan ucapan “selamat pagi” singkat di layar mini.

Akh, mengapa mesti datang tak tepat waktu??

Menyesali diri yang tak kunjung memahami

Bahwa kamulah pribadi yang pernah kupanjatkan dalam doa selama ini..

Jumat, 14 Desember 2012

Meragu



Menghitung waktu yang tersisa
Di antara laju cinta kita
Kau selalu berkata sempurna
Tapi aku berharap itu tak nyata

Tak ada yang salah
Hanya aku yang berubah
Rasaku hilang arah
Anak panah yang patah

Bukan dia, bukan mereka
Sekelumit tentang kita
Yang mulai ku lupa
Semua ini untuk apa?

Being Single Is Not A Crime

Sesaat setelah memasuki gerbang usia menuju kehidupan dengan label seperempat abad, makin banyak hal yang rasanya makin nyesek kalo melulu ditanyain. Contoh paling mendasar dan paling pas mengena di ati adalah "Kapan nikah"?

Pertanyaan ini nyebelin buat yang boro2 kepikiran nikah, punya gebetan aja lepas melulu. Yang lebih menyebalkan adalah pertanyaan ini adalah pertanyaan paling "wajar" ditanyakan semua orang. Mereka yang sudah menggandeng pasangan resmi akan sangat senang mengungkapkan pertanyaan maut yang satu ini. Ke-PD-an ini juga berlaku bagi mereka yang sudah yakin akan segera dipinang kekasihnya menuju mahligai pernikahan (pfffttt...), mereka akan dengan tanpa rasa berdosa memancarkan aura selidik yang menyebalkan ini kepada kaum jomblo, ehm oke, lebih baik aku sebut single saja.

Well, meskipun aku "belum" termasuk kaum single ini, tapi pertanyaan dengan awalan "kapan" ini juga sering kali membuat risih. Kalo cuma berhenti di "kapan" sih nggak terlalu masalah juga, seringkali pertanyaan lanjutannya yang menyebalkan.

Setelah kita mengungkapkan alasan kenapa belum memutuskan untuk segera menikah, beberapa orang akan menyambung topik ini dengan memperdengarkan argumentasi mereka tentang pernikahan. Beberapa ada yang bisa diterima, tapi beberapa yang lain hanya membuat pikiranku menjadi "jahat", dengan mengatakan pernyataan "bohong..bohong..bohong.." pada setiap pendapat mereka.

Gimana nggak.. Sering mereka bilang "Ayo, nikah cepet aja, biar nggak kesepian. Ntar ke mana - mana ada yang nemenin.", padahal aku tau, kadang mereka sering kesel sama pasangan karena mereka nggak perhatianlah, atau nggak punya waktu lagi buat nganterin mereka jalan-jalan. Ppffftttt...

No, I'm not against marriage, not at all. Cuman belum siap aja.

Membangun rumah tangga buatku bukan sekedar cara melepaskan diri dari "kesendirian". Egois aja namanya kalo meminta orang lain masuk ke dalam kehidupan kita, hanya untuk membuat kita bahagia, harus membuat kita "lengkap".

Padahal pasangan kita juga adalah manusia biasa, yang ada kalanya juga butuh untuk dilengkapi, butuh untuk dibahagiakan.

Dalam "kesendirian"ku ini, yang dalam artian belum menikah, aku berusaha puas dengan diriku sendiri dulu. Merasa lengkap, utuh sebagai manusia, walau tanpa "pasangan".. Ini saat di mana aku bisa menggali semua potensi diri yang mungkin saat nanti aku sudah berkeluarga tidak akan dapat bisa dikembangkan secara optimal.

Pernikahan bagiku juga bukan melulu tentang punya keturunan. Bukannya nggak pengen punya anak juga, tapi hanya tidak menjadikannya hal utama dasar untuk mau menikah. Prihatin lihat banyak orang di luar sana yang akhirnya bercerai karena pasangan tidak bisa memberikan keturunan. Itu sangat tidak manusiawi :"( Dan terkesan mengingkari janji pada Tuhan, untuk menjaga pasangannya baik dalam suka maupun duka.

Aku sangat menghargai mereka yang sudah mau memutuskan untuk menikah, berbagi hidup dengan orang lain, menyatukan dua keluarga yang berbeda. Menghargai mereka yang pun berpisah karena hal2 prinsip yang aku sendiri nggak tau seberapa prinsipnya. Menghargai mereka yang mau menikah dan membangun rumah tangga bersama walau memulai dengan kesusahan.

Aku menghormati pernikahan, untuk itulah aku berpikir ribuan kali untuk menikah.

Mungkin ada yang berpikir aku terlalu perhitungan. Ya, bisa jadi seperti itu. Ini bukan membicarakan mengenai kesiapan materi semata, tetapi juga kesiapan mental karena nanti dalam keluargaku akan ada penerus2 generasi yang harus aku didik.

Berlebihan?? Tidak!!

Pernikahan itu rumit, bukan hanya tentang aku, atau kamu, atau kita, tapi juga mereka. Relasi yang kompleks.

Jadi kalaupun ada yang memilih untuk tetap single, aku juga menghargainya.
Sendiri tetapi bahagia, lebih baik, menurutku, daripada berdua tapi malah selalu tertekan.

So, in my opinion. Single is not a crime.

Jadi yang buat yang masih single, just be happy with yourself. Karena kebahagiaan itu datang dari dalam diri kita sendiri, bukan karena orang lain. Ini waktunya untuk berkarya.
Akan datang saat yang tepat dimana Tuhan merasa kita sudah cukup kuat untuk berbagi kebahagiaan dengan orang lain.

Selamat Tidur, Kamu


Selamat tidur, kamu
Yang sejak pagi aku nanti
Untuk menyapaku walau hanya sekali

Selamat tidur, kamu
Yang menemaniku dalam mimpi
Namun menghilang
Saat malam beranjak pergi

Selamat tidur, kamu
Sambil diselimuti harapan
Karena rindu yang tak terucapkan
Berharap Tuhan rela mempertemukan

Selamat tidur, kamu
Semoga masih ada kemungkinan
Yang terjadi diantara ribuan kemustahilan
Bahwa nanti di suatu masa
Kau akan mengingatku

Seseorang yang setiap malam berbisik
Mengucapkan
Selamat tidur, Kamu